Sabtu, 06 Desember 2008

Makna Idul Adha

Makna dari Idul Adha perlu menjadi teladan bagi umat Islam sekarang karena ada unsur keihlasan dan kesabaran yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan yang penuh gangguan dan tantangan. Peringatan Idul Adha dengan melakukan penyembelihan hewan kurban oleh umat Islam merupakan upaya merunut sejarah Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail dalam mentaati perintah dan ujian dari Allah. "Idul Adha yang juga disebut Idul qurban memiliki arti mendekatkan diri dan rasa keikhlasan menerima ujian dari Allah"

Prosesi manasik dalam ibadah haji dan perayaan ‘Idul Adha tidak terlepas dari penapak tilasan dan mengenang kembali seorang Manusia Agung yang diutus oleh Allah SWT. sebagai nabi dan rasul, yakni Nabi Ibrahim AS, yang juga diangkat oleh Allah sebagai Imam/pemimpin untuk menjadi panutan seluruh alam hingga akhir zaman. Keagungan pribadi nabi Ibrahim beserta keluarga dan pengikutnya, serta keteguhannya dalam berjuang menegakkan dakwah tauhid dan pemurnian loyalitas manusia kepada Allah, membuat kita bahkan Nabi Muhammad harus mampu mengambil keteladanan darinya. Allah SWT. berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dengan kamu kebencian dan permusuhan buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja..” (QS 60:4).

Banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; Ada tiga hal yang menjadi isyarat bagi kaum Muslimin untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan

Pertama, belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim AS. membuat kita harus memberikan kepedulian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Hal ini karena ketika usia Nabi Ibrahim sudah semakin tua, kerinduannya pada generasi penerus perjuangan menjadi semakin besar, dan ia pun harus berdo’a agar Allah SWT. menganugerahkan kepadanya keturunan yang shaleh. Beliau mengatakan dalam sebuah do’anya:

(رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ * الصافات: 100)

” Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh”

Kedua, yang menjadi pelajaran dari profil Nabi Ibrahim AS. dan keluarganya adalah keharusan mempertahankan dan memperkokoh idealisme sebagai seorang mu’min yang senantiasa berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun keadaannya dan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Begitulah memang, yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dalam mempertahankan dan memperjuangkan ideologi Tauhid dengan hujjah, argumentasi atau alasan yang kuat. Dalam sejarah Nabi Ibrahim, kita dapatkan beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang anak remaja, sebagaimana yang tercermin dalam firman Allah SWT yang menceritakan hal ini: (الأنبياء: 58-60)

58) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلاَّ كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ

59) قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ

60) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali ( untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan sembahan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang anak remaja yang mencela tuhan-tuhan ini, namanya Ibrahim”.

Ketiga, dari sekian banyak ‘Ibrah dari pribadi Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah pelajaran tentang kepemimpinan (Imamah). Di mana Allah telah memilih Nabi Ibrahim sebagai pemimpin bagi umat manusia atas berbagai prestasinya yang gemilang dalam banyak ujian yang telah dilaluinya. Dalam hal ini Allah menyebutkan dalam Al Qur’an:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

(البقرة: 124).

” Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya secara sempurna. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: ” Janjiku ini tidak mencakup orang-orang yang zalim”.

kesimpulannya bahwa sebagai seorang Muslim kita sangat dituntut untuk menunjukkan komitmen atau keterikatan dan loyalitas kita kepada Allah SWT. dengan menegakkan nilai-nilai Islam yang telah diturunkan-Nya, sebagai apapun kita dan di manapun posisi kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, atau bermasyarakat dan berbangsa. Karenanya, Rasulullah SAW berpesan kepada kita agar selalu bertaqwa kepada Allah SWT di manapun kita berada.

[Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/khutbah-idul-adha-meneladani-kepemimpinan-ibrahim-as/]


Tidak ada komentar:

About Me